Sabtu, 17 Mei 2008

SURAMTO

Mantan TKI yang Jadi Penggerak Rakyat

Posturnya tidak seberapa, agak kurus, dan tembre. Tapi raut wajahnya menyiratkan optimisme. Apalagi kalau sedang di depan mimbar massa, suaranya cemengkling. Itulah Suramto, warga Desa Kedungdayak Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Yogyakarta saat memimpin aksi massa warga kedung Dayak di depan Kantor Bupati Bantul. Mereka menuntut pengembalian dana rekonstruksi warga korban gempa yang ditilep perangkat.

Suramto sendiri bukan salah seorang warga yang terkena pemotongan. “saya bahkan bukan penerima bantuan. Tetapi rasa keadilan saya terusik melihat para warga korban gempa yang rumahnya rusak dananya dipotong oleh Pak Dukuh. Gek motonge ora umum mas, masak dana cuma 15 juta dipotong 3-4 juta, kebangeten to ?” katanya dengan logat Bantul yang kental sambil geregetan. “Wong 15 juta itu saja mbok dikasih semua untuk buat rumah yo kurang, lha kok masih juga dipotong”

Suramto dipercaya oleh masyarakat termasuk para sesepuh Desa untuk memimpin massa menuntut pengembalian pemotongan tersebut. Bahkan ia juga terlibat dalam pendirian Paguyuban Punokawan, akronim dari “Piraketan Kawulo Ngayogyakarta Ngudi Kasaenan lan Keadilan (Perkumpulan Rakyat Yogya untuk Kebaikan dan Keadilan)”. Sebuah organisasi massa yang awalnya dibentuk oleh masyarakat korban pemotongan dana rekonstruksi di Yogyakarta yang difasilitasi oleh Institute for Migrant Workers (Iwork). Kini Suramto di daulat menjadi Carik (Sekretaris Paguyuban: red.)

Jiwa kepemimpinannya terbentuk sejak kecil namun ia mengaku terasah ketika bekerja di Taiwan. Merantau membuatnya mengenal banyak orang, lingkungan dan adat istiadat yang berlain-lainan. Hal-hal seperti itu menurutnya membuat seseorang mudah beradaptasi dan toleran terhadap perbedaan.

“Apalagi di Taiwan mas, ketemu dengan banyak kawan. Tapi memang kalau kita tidak pandai ngemong (memelihara: red.) mungkin kita tidak akan punya banyak teman, sementara kalau kita tidak punya kendali dengan mudah terbawa menjadi hedonis”

Pasca menjadi buruh migran Suramto kembali ke kampung halamannya. Dari modal yang dia peroleh ia melakukan usaha sendiri.

“Sekarang usahanya apa Mas Ramto” Tanya buruhmigran.com.

“Sekarang jadi blantik wedhus (pedagang/perantara jual-beli kambing: red.) mas” kata Suramto cengengesan.

“Iyo Mas juragan kambing dia itu sekarang, wis sugih.” teman-temannya menimpali sambil ger-geran.

“Sing penting ora dadi blantik TKI mas” sambung yang lain, disusul gerrrr… “##